Adalah seorang pria miskin bernama Kamit, beristrikan Suli, perempuan yang mempunyai kegemaran yang unik, yakni nyumbang. Di mata Kamit, apa yang dilakukan istrinya adalah semacam pemborosan. Betapa tidak, perilaku nyumbang istrinya bukan lagi semata-mata karena keikhlasan melainkan sudah diikuti beberapa kepentingan lainnya, misalnya: menjaga gengsi di mata teman atau tetangga, merasa punya hutang karena dulu pernah disumbang.
Sayangnya, kepentingan tersebut tidaklah didukung oleh finansial yang memadai. Akibatnya, untuk memburu keinginannya itu Suli menjual barang-barang rumah tangga selain hutang sana-sini. Hal itulah yang selalu memicu amarah Kamit, suaminya. Pertengkaran tak bisa dielakkan. Terlebih ketika muncul isu bahwa Suli telah mencuri seekor kambing milik Mbah Jebrak, tetangganya. Konflik memuncak dan kejutan-kejutan akhir akan menjawab rasa penasaran para penonton.
Lakon ini akan didominasi oleh dialog-dialog berkultur Jawa. Pengadeganan pun sebisa mungkin dikonsep realis berbasis kultur Jawa pula. Lakon Kamit nantinya tidak hanya menjadi sebuah tontonan komedi yang sarat kritik sosial melainkan juga sebagai pengingat bahwa kita masih memiliki bahasa Jawa yang cocok untuk sebuah tontonan modern.
Lakon Kamit Karya Gusmel Riyadh. Dipentaskan pertama kali oleh Teater NGLILIR SMA N 1 Karanganyar dan kemudian disempurnakan melalui pentas Kelompok Bandul Nusantara