MAYAT TERHORMAT (Naskah Teater Monolog )

Minggu, 07 Maret 2010 gusmel riyadh

MAYAT TERHORMAT
Naskah Teater Monolog
karya: Agus Noor dan Indra Tranggono

PROLOG:
Selamat malam,…bl a,bla,bla…..(improvisasi)
Sebelum pertunjukan ini dimulai, marilah ada baiknya kita membangun kesepakatan, yaitu hendaknya pertunjukan kita malam ini tidak diganggu bunyi tu-la-lit-tu-la-lit ponsel anda atau pager. Bunyi-bunyi ilegal untuk sementara diharamkan. Maka saya memberi kesempatan kepada anda untuk mengeksplorasi naluri-naluri purba anda: segeralah anda menjadi pembunuh. Bunuhlah pager dan handphone anda ! Ini jauh lebih baik katimbang anda membunuh orang, atau membacok, hanya karena perbedaan visi atau perbedaan pendapat. Kalau nanti ternyata masih tu-la-lit-tu-la-lit, nikmatilah risikonya dipisuhi penonton lain.
Baiklah saudara. Meskipun saya berdiri di sini dengan wajah coreng moreng kayak badut, sesungguhnya saya ini bukan badut. Karena terus terang saja, saya tidak ingin memperbanyak jumlah badut di negeri ini yang dari hari ke hari jumlahnya terus menggelembung. Kita sudah polusi badut, over kuota. Semua posisi sudah diisi oleh orang-orang yang lucu dan menggemaskan, sampai-sampai tukang monolog yang sok nglucu terancam kehilangan sandang pangannya.
Oke, sekarang saya ingin mengajak para penonton yang terhormat untuk sekejap menengok keberadaan mayat-mayat. Tapi saya harap anda jangan membayangkan suasana horor seperti yang sering terlihat dalam sinetron-sinetron misteri di televisi. Kalau horor di televisi itu, tidak menakutkan. Tapi justru malah menggelikan. Tidak membikin bulu kuduk berdiri, tapi malah membikin satu-satunya elemen dalam tubuh saya berdiri. Yah…itulah salah satu kelebihan bangsa kita: terlalu cerdas, sehingga apa pun yang dilakukan seringnya meleset dari sasaran. Mau bikin horor malah menggelikan. Mau mengusut perkara dan menuntaskan kecurangan-kecurangan, ee…hasil yang dicapai malah penundaan-penundaan dan pengampunan.
Nah sekarang, kita mulai saja pertunjukan ini dengan pantun pendek:
Kapal keruk talile kenceng, nyemplung laut dihadang gelombang
Nonton monolog obat puyeng, asal rileks dan dada lapang

BAGIAN PERTAMA
Sebuah sel panggung. Remang dan sayup. terdengar jeruji dipukul monoton. Lalu perlahan sepotong cahaya bagai lembing perak, menghujam tubuh SIWI yang lunglai kepayahan bersandar di jeruji sambil memukul-mukulkan piring seng. Sesekali mengerang, bahkan meraung…
SIWI terus memukul-mukul piring seng. Sampai kemudian muncul suara derap sepatu. Semula pelan, kemudian mengeras dan mengeras. SIWI tergeragap. mendadak piring seng itu berhenti bersuara. menolak dibunyikan. SIWI sekuat tenaga berusaha terus membunyikan piring itu ke jeruji sel. tetapi piring seng itu tertahan diam.
SIWI: (marah kepada piring seng)
Kenapa? Takut? Kamu ini aneh lho, cuma piring seng saja kok langsung gemeter begitu mendengar derap sepatu. Ayo terus bersuara. Bernyanyilah. Karena hanya kamulah satu-.............................


MAYAT TERHORMAT
Naskah Teater Monolog
karya: Agus Noor dan Indra Tranggono

Download Naskah Ini