Retorika Lelaki Senja
Oleh : R Giryadi
SEBUAH LEMARI TUA BERDIRI KOKOH. DI SEKITARNYA BEBERAPA INTERIOR TUA KELIHATAN TAK TERAWATT. BEBERAPA EKOR TIKUS BERSLIWERAN. MEREKA SALING BEREBUT BARANG CURIAN.
DISAAT KEGADUHAN MEMUNCAK, TIBA-TIBA PINTU LEMARI TUA TERBUKA PERLAHAN-LAHAN. PARA TIKUS MELESAT MENGHILANG. PINTU LEMARI TUA MENUTUP CEPAT : BRAK! SEPI.
PINTU LEMARI TUA KEMBALI TERBUKA, PERLAHAN. DARI BALIK PINTU MUNCUL WAJAH SESEORANG. MATANYA MENYELIDIK. SETELAH AMAN, SESEORANG ITU KELUAR DARI LEMARI. SESEORANG ITU MENENTENG KOPER ATAU BUNGKUSAN LAIN.
TIBA-TIBA BEBERAPA TIKUS MELINTAS SEPERTI FORMULA 1. SESEORANG MELONCAT KE TEMPAT YANG LEBIH TINGGI. TIKUS-TIKUS BERPUTAR-PUTAR. SESEORANG BERTAHAN DI TEMPAT YANG LEBIH TINGGI. DI TEMPAT ITU SESEORANG YANG KELIHATAN RAPUH, MENYAPA SIAPA SAJA, DIWAKTU KAPAN SAJA.
Selamat apa saja dan selamat kapan saja. (Clingukan melihat situasi sekitarnya) Baiklah, dalam kesempatan ini, sebelum drama ini berlangsung, ijinkan saya mengutip sebuah kalimat yang cukup terkesan dihati saya. “Kalau saya bunuh diri, sandiwara ini tidak akan pernah ada!” (1) Pasti anda ingat dengan kalimat itu. Nah, kalau diperkenankan kalimat itu akan saya kutip menjadi, “Kalau saya mati, saya tidak bisa kurupsi!” Hiiiii. Makanya sekalian masih hidup sandiwara kurupsi ini harus saya jalani dengan cara seksama dan dalam tempo (kalau bisa ) selama-lamanya.
TERTAWA.
(Kepada para tikus) Sudah, pergilah! Tugasmu sudah berakhir! Terlalu verbal!
SETELAH TIKUS BERLALU.
Berkurupsi sudah menjadi garis nasib saya. Karena itu dalam melakukannya tidak boleh setengah-setengah. Meski banyak dicaci-maki orang, saya harus jalankan amanat nasib ini dengan sebaik-baiknya.
Ya, memang terpaksa harus saya jalani. Sebagaimana Mas Jumena Martawangsa, saya harus menerima nasib sebagai aktor (dalam tanda petik) untuk menjalankan peran yang meskipun berat, harus menerimanya dengan iklas, dengan lapang dada.
Saudara-saudara, banyak ajaran yang mengajarkan pada kita, bahwa kita harus iklas menerima nasib. Saya memang tidak bisa mengelak untuk berkelakuan seperti ini. Saya tidak ingin munafik dalam hal ini. Ketika saya harus melakukan sesuatu, selagi ada kesempatan semua akan saya lakukan dengan sebaik-baiknya, tanpa menunggu-nunggu dan melewatkan kesempatan itu berlalu begitu saja.
Sampulung pernah berkata, “Menjadi tokoh nasib sama sekali tidak ada enaknya karena selalu dicemooh oleh hati, namun berlangsungnya lakon tak dapat dihalangi. Silahkan menyaksikan dan mencemooh diri saya, sudah tentu setelah sudara-sudara memuja dan menjilat-jilatnya.” (2)
MELETAKAN TAS (KOPER) ATAU APA SAJA YANG TERKESAN BUNGKUSAN UANG. KEMUDAIN MEMBUKANYA. DI DALAMNYA ADA PULUHAN TOPENG DAN DASI. SETELAH MENYERINGAI, SESEORANG MEMBETULKAN DASI. MEMAKI TOPENG.
Sampulung, saya menghargai pendapat panjenengan. Nyatanya menjadi tokoh nasib memang tidak enak, apalagi peran yang harus dijalani tidak baik di mata orang lain. Saya harus menerima nasib seperti ini dengan iklas dan tulus untuk menjadi bajingan sebagai jalan hidup. Ini kenyataan yang tidak bisa dihindarkan, seperti sampeyan tahu, berapa nomer lotre yang sedang dalam genggaman sampeyan. Sementara orang-orang blingsatan, menduga-duga, dan menghargai nasibnya sendiri dalam jumlah sekian rupiah. Hmmmm, kok murah betul nasib itu?
Mas Jumena, saya pingin tahu, apakah yang sampeyan rasakan saat itu? Apa yang terjadi dalam diri Mas, ketika melihat disekeliling sampeyan semua menjadi pecundang, sementara maut telah menjelang? Saya kira jawaban Mas, pasti tidak berbeda jauh dengan yang saya pikirkan, dan juga sampeyan pikirkan.
Kesetiaan hanya omong kosong. Itu hanya akal bulus, agar kita menjadi terlena dan tidak tahu, sebenarnya di sekeliling kita dunia gelap gulita. Dunia para pencoleng memerankan sebagai manusia suci. Dan manusia suci memerankan sebagai pencoleng. Dunia sudah jungkir balik. Dan memang dunia diciptakan jungkir balik, agar manusia mempunyai keputusan yang tegas. Kalau hitam, hitam. Kalau putih ya putih. Itu saja prinsipnya. Sekarang, yang putih bisa berubah jadi kelabu. Begitu juga yang hitam, bisa berubah jadi abu-abu. Semua tidak hitam dan tidak putih. Inilah yang mengacaukan dunia. Tidak jujur!
Maka dalam hal ini saya saya sangat setuju dengan Turah isteri Korep yang sangat benci dengan kemiskinan. Karena tidak iklasnya miskin, ia berkali-kali mencari pesugihan dengan jalan berjudi, meski berkali-kali pula jantungnya dibuat berdebar-debar dan hasilnya kosong mlompong, bahkan harus rela menjual kehormatannya demi memperjuangkan nasibnya. (3)
Ini pilihan yang jujur. Dari pada setengah setengah, apa jadinya? Emangnya hidup hanya dijejali mimpi-mimpi. Hidup diawang-awang. Kalau mau kaya lakukan apa saja. Jangan kemiskinan jadi alasan untuk tidak berbuat sesuatu.
Sampulung, sampeyan memang harus disikapi lain dan lain. Tidak hanya dengan kata-kata iklas dan tulus. Terkadang harus melawan sampai titik darah penghabisan. Tergantung sampeyan datang sebagai apa. Kalau sampeyan datang dalam bentuk kemiskinan, maka tidak heran kalau Turah menggadaikan kehormatannya, dan juga Euis berani mencederai kesetiaan Mas Jumena yang sudah buyuten itu. (4)
Ini sangat realistis. Dari pada menjadi pecundang semacam Korep suaminya yang takut menjadi kaya, sehingga ia berlaku sok jujur dan sok relegius. Sok menerima nasib apa adanya. Namun sebenarnya dihatinya yang sok suci itu tersimpan niat licik, selicik Bandar (5) yang bisa memainkan keluarnya nomer lotre. Jangan munafik, ketika ketidakberdayaan menjerat. Ini untuk memperteguh iman. Agar tidak takut bertindak.
Kenapa Turah tidak takut menjadi lonthe? Karena Korep sendiri tidak takut mencederai rumah tangganya dengan membabi buta. Kenapa Euis rela bermesraan dengan Juki, Marjuki maksud saya, di depan Jumena Martawangsa yang otaknya sudah digergaji ketakutan dan ketidakpercayaan pada orang-orang disekelilingnya? (6)
Saya kira terkadang kejujuran bisa menjadi buah simalakama. Mengapa kita harus mengantarkan nasib pada ketidak pastian. Kalau kita ingin melakukan sesuatu, lakukan. Kenapa harus ditutup-tutupi?
Mas Jumena, saya sangat setuju dengan ketegasan sampeyan, mempertanyakan cinta Eusi. Karena hati manusia selalu berbeda dengan mulutnya. Kadang dihatinya berkata tidak tetapi dimulutnya berkata ya.
Lihat saja sekarang? Siapa yang tidak menjadi pecundang bagi dirinya sendiri. Semua telah menjadi pecundang. Namun mereka hanya lihai menutupi kebusukannya. Siapa sih yang tidak suka duit? Siapa yang mau hidup melarat? Siapa yang mau anak turunnya juga menjadi gembel? Siapa yang kuat ujian menjadi manusia miskin, hidup dikolong-kolong jembatan, memakan makanan dari hasil mengorek-ngorek tong sampah, penghasilan hanya dari mengemis. Kalau kepepet sedikit mencopet atau menodong.?
Sekarang baik buruk itu bukan sesuatu yang penting. Yang terpenting bisa membuat semua itu meyakinkan. Kalau Anda merasa berbuat buruk maka Anda harus meyakinkan bahwa yang sedang Anda kerjakan itu baik. Harus yakin! Dengan demikian semua pasti yakin, meski yang Anda perbuat adalah sesuatu yang buruk.
Tidak boleh malu. Betul ini. Tidak boleh malu. Kalau malu maka misi Anda untuk meyakinkan itu tidak berhasil. Sampeyan pasti ingat, bagaimana dengan tidak malunya Emak, mengatakan pada Abu, anaknya yang korengan dengan sebutan Pangeran yang rupawan. Dan karena Emak meyakinkan, sang anakpun merasa sebagai pangeran. Padahal mereka adalah gembel yang diperbudak mimpi. Pangeran edan! (7) Tetapi, mereka sungguh meyakinkan. Sehingga kemiskinan yang telah dihadapinya selama hidup tak terasa sebagai penderitaan. Huh…hebat betul.
Nah begitu juga, ketika Anda mencopet, menipu, mencuri, merampok, atau berbuat apapun, harus meyakinkan. Sekali lagi harus mayakinkan! Kalau tidak meyakinkan, maka celakalah hidup Anda.
Saya kira, saya sendiri tidak mau hidup dalam kubangan kemiskinan. Makanya dengan sangat meyakinkan, saya harus macak bukan sebagai orang miskin. Saya tidak sudi diperbudak kemiskinan. Kemiskinan? Yu Turah, kamu benar, bahwa menjadi miskin itu siksaan. Maka jalan terbaik harus membebaskan diri dari siksaan kemiskinan itu. Sampeyan sangat berani menclathu Korep, suami sampeyan yang sok suci itu. Kemiskinan memang tidak bisa ditolelir. Harus dilawan dengan cara apapun. Kalau sampeyan hanya bisa tombok lotre, ya tombok saja. Dari pada hanya pasrah, menunggu perubahan! Lemah betul kelihatannya.
Orang pasrah itu hanya mengandalkan perasaan. Otaknya sendiri tidak main. Karena perasaan yang berperan, bisanya hanya menduga-duga, tanpa mau bicara apa yang menjadi keresahannya. Terus kalau nasib tidak segera berubah, mulutnya nyinyir menyalahkan orang lain dan sok dirinya suci. Ini tidak adil! Kemiskinan hanya mencetak ketidakadilan.
Monolog Retorika Lelaki Senja


Label: Monolog , Rakhmat Giryadi
PINDAH RUMAH
Berkat doa dan dukungan sahabat teater se tanah air, maka Bandar Naskah kini telah memiliki rumah baru di:
www.bandarnaskah.comNamun demikian, blog ini tidak akan dihapus. Sahabat semua masih tetap dapat mengaksesnya.
Hanya saja update naskah koleksi terbaru hanya akan dilakukan di bandarnaskah.com.
Kelak, semua isi dari blog ini secara bertahap juga akan diboyong ke rumah baru.
Sahabat semua dapat terus berkontribusi dengan mengirimkan karya atau koleksi naskah Anda ke: bandarnaskah@gmail.com dan dengan sekuat tenaga kami akan berusaha update sesering mungkin.
Semoga selalu bermnafaat.
Salam,
Kepala Bandar
DISCLAIMER
Semua koleksi naskah teater dan kumpulan drama atau film yang terdapat pada blog Bank Naskah Teater & Naskah Drama yang beralamat di bandarnaskah.blogspot.com adalah hasil pengumpulan naskah oleh pemilik blog dari berbagai sumber antara lain: blog naskah teater milik orang lain, kiriman dari pembaca melalui email, hasil pengetikan ulang dari pemilik blog, buku kumpulan drama komedi, dsb.
Hak Cipta Naskah ada pada penulis naskah & dilindungi undang-undang. Untuk itu, jika anda ingin mementaskan naskah yang terdapat pada Bank Naskah ini harap menghubungi penulis untuk sekedar pemberitahuan.
Hak Cipta Naskah ada pada penulis naskah & dilindungi undang-undang. Untuk itu, jika anda ingin mementaskan naskah yang terdapat pada Bank Naskah ini harap menghubungi penulis untuk sekedar pemberitahuan.
Selamat menjalankan ibadah kesenian.
berdasarkan Kategori Naskah
Berdasarkan Judul
- 1 Hari 11 Mata di Kepala
- 13 Pagi
- ANGGUR TERAKHIR MONOLOG Didik Wahyudi
- AUT
- AYO
- Aduh Ujang
- Aeng
- Akal Bulus Scapin
- Aktor Aktor yang Tersesat Dalam Drama Tanda Tanya
- Aku Masih Perawan
- Alibi (monolog)
- Aljabar
- Alkisah Isra Mi'raj (Naskah Islami)
- Anak Rantau
- Ande-Ande Lumut
- Andhe-Andhe Lumut (Water Manik Village)
- Anjing Anjing Menyerbu Kuburan
- Antigone
- Anting
- Anu (Putu Wijaya)
- Anzing (monolog)
- Arloji
- Arwah-Arwah
- Asbak dan Tamu di Malam Hari
- Ayahku Pulang
- Ayahku Stroke tapi Nggak Mati
- Badai Sepanjang Malam
- Badak-Badak
- Bah (Putu Wijaya)
- Baju (monolog)
- Balada Sahdi
- Bangsat (monolog)
- Bara (embers)
- Barabah
- Bayi Yang Tertawa
- Becik Nitik Ala Pilara
- Belum Tengah Malam
- Bencana
- Bendera Setengah Tiang
- Beruang Penagih hutang
- Bigrafi Kursi Tua (monolog)
- Bila Malam Bertambah Malam
- Bila Mula
- Black Jack (monolog Benjon)
- Boneka Sang Pertapa (Monolog)
- Bor (Putu Wijaya)
- Bukan Eva Biasa (monolog)
- Bulan Bujur Sangkar
- Bulan Emas di Jendela Kakek
- Bunga Rumah Makan
- Bunga di Atas Awan-Awan
- Cabik
- Cahaya Rembulan
- Caligula
- Cannibalogy (benny johanes)
- Cermin
- Cinta Is Not a Game
- Cipoa (Putu Wijaya)
- Ciut Pas Sesak Pas
- Come And Go (datang dan pergi)
- Contreng Saya
- DR. RESURRECCION
- Dan Lainnya Sebagiannya
- Dasein (monolog)
- Demang Lehman
- Demokrasi (monolog Putu Wijaya)
- Dhemit (adaptasi)
- Dhemit (naskah Original)
- Di Bawah Bayang-Bayang Pohon Bakau
- Diamku Adalah Sebuah Kerinduan
- Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi
- Dr. Anda
- Dukun-Dukunan
- Dunia Orang-Orang Mati
- Dunia Seolah-Olah
- ELEGI MUSIM PANAS
- Emansipasi (monolog)
- Episode Daun Kering (monolog)
- Festival Topeng
- Foging
- Fragmen Cinta
- Gambar Cinta dari Atjeh
- Gedebug (monolog)
- Godlob
- Gubernur Nyentrik
- HM1L (baca: HAMIL)
- Hara Kiri
- Hikayat Perlawanan Sarikem
- Hitam Putih
- INDONESIA
- Ibu Bumi
- Ibu kita Raminten (monolog)
- Inong: Dongen Rumah Jalang
- Intrik
- Jaka Tarub
- Jaka Tarub Dadi Duda
- Jalur 17
- Janji Senja
- Jeng Menul
- Joko Semprul
- Julius Caesar
- KAKUS
- KAMIT Sandiwara Bahasa Jawa
- KERINDUAN TERHADAP CITA (monolog)
- Kabayan di Negeri Romeo
- Kapai-Kapai
- Kapak Berhala Namrudz (monolog)
- Kapok (monolog)
- Karma
- Karma DALEM BONCEL (drama Musikal)
- Kartini Berdarah
- Kasir Kita (monolog)
- Kebo Nyusu Gudel
- Kereta Kencana
- Kesucian Hati (Naskah Islami)
- Kesurupan atawa inside! insting! intrance!
- Ketika Cinta Lintas Agama
- Ketika Iblis Menikahi Seorang Perempuan
- Kiamat Sudah Dekat (Naskah Islami)
- Kiblat Tanah Negeri
- Kisah Cinta dan Lain-Lain
- Kisah Rumah '45
- Kongres Unggas
- Kopral Woyzeck
- Koruptor Budiman (Monolog)
- Kotak Surat Terakhir
- Kromo Kronik (monolog)
- Kudeta
- Kunci Kontak (monolog)
- Kupu-Kupu Tidur (monolog)
- Kursi Goyang
- LIDAH TAK BERTULANG
- Lagu Pak Tua (monolog)
- Lakbok
- Laras 1 (komedi)
- Laras 2 (komedi)
- Legenda Siti Rabi'ah
- Lena Tak Pulang
- Lit
- MALIN -The End Scene
- Mak Ada Anjing Masuk Rumah
- Mak Ana Asu Mlebu Ngomah (Bahasa Jawa)
- Malam Gelisah
- Malam Jahanam
- Malam Terakhir
- Mangir
- Manusia BBM
- Markendos (sebut aku Upi) (monolog)
- Markus (monolog)
- Marsinah Menggugat (monolog Ratna Sarumpaet)
- Matahari 1/2 Mati
- Matinya Toekang Kritik (monolog Agus Noor)
- Mayat Terhormat (monolog)
- Mayat-Mayat Cinta
- Mega-Mega
- Melawan Kutukan
- Mencari Keadilan (terjemahan WS Rendra)
- Mengapa kau culik anak kami?
- Menggulung Layar
- Mereka Telah Membakar Meunasah Kita
- Musuh Masyarakat
- NAFAS (Breath)
- Nagina (monolog)
- Nasib Jadi Babu (monolog)
- Nastiti
- Nimok Aku Cinta Kamu
- Nina Bobo
- Nyonya-Nyonya
- Obrok Owok-Owok Ebreg Ewek-Ewek
- Orang Kasar
- Orang Malam
- Orang-Orang Bawah Tanah
- Orang-Orang Biadab
- Orang-Orang Bingung
- Orde Mimpi
- Orde Tabung
- Orkes Madun I Alias Madekur dan Tarkeni
- Orkes Madun II atawa Umang-Umang
- Orkes Madun III Atawa Sandek
- Orkes Madun IV Atawa Ozone
- Orkes Madun V atawa Magma
- Pada Suatu Hari
- Padang Bulan
- Pamflet Merdeka
- Para Jahanam
- Para- Para Pelayat
- Parade Tikus (monolog)
- Pelacur dan Sang Presiden
- Pelukis dan Wanita
- Pemimpin Tua
- Pengagum Bintang
- Peperangan (monolog)
- Perempuan Obrak Abrik (monolog)
- Peti Mati (naskah komedi)
- Pralambang (monolog Winarno Hadi Saputro)
- Presiden Kita Tercinta
- Racun Tembakau (monolog Jim Lin))
- Racun Tembakau (monolog S. Jai)
- Rahwana
- Raja Lapuk
- Raja Mati
- Rare Angon
- Retorika Lelaki Senja (monolog)
- Robohnya Surau Kami
- Romeo & Juliet (bahasa Inggris)
- Rumah Boneka
- Rumah di Tubir Jurang
- SALING MALING
- Salah SMS
- Salinan Naskah Pidato Presiden 2012 Negeri Joyoboyo
- Sandal Jepit
- Sang Mandor
- Sarimin (Monolog)
- Satu Bangku Dua Lelaki
- Sebelum Dewa Dewi Tidur
- Sebelum Sarapan (Monolog)
- Semat Laut
- Sementara Menunggu Godot
- Serenada Lolosnya Dewi Narkobawati
- Setan Dalam Bahaya
- Seulanga
- Sidang Jembatan (monolog)
- Sidang Susila
- Sindhen
- Singa Podium
- Sitty Noerbaja (Sini Nurbaya)
- Sobrat
- Srikandi Edian
- Sumur Tanpa Dasar
- Surat Buat Guru
- Syair Kamelia
- Syekh Siti Jenar
- Symhoni Anak Jalanan
- T.R.U.S.T (naskah komedi)
- Tak Ada Bintang di Dadanya
- Tanda Silang
- Taplak Meja
- Teriakan-Teriakan Sunyi (monolog)
- Terompet Senja Kala
- The House of Benarda Alba
- The Tragedi of Hamlet (Inggris)
- Tiga Hari Terakhir (Film Pendek)
- Titik Titik Hitam
- Topeng-Topeng (Monolog)
- Uang yang Hilang
- Urip Dilakoni Kanthi Waras Lan Trengginas (Bahasa Jawa)
- Vagina Monologues (monolog Vagina)
- WC (Warung Colitik)
- Wek-Wek
- Zetan
Berdasarkan Pengarang
- A. Rego Subagyo
- AA. Navis
- Abbas Mustan Bhansali
- Abdul Hamid
- Abdul Mukhid
- Achmad Dayari
- Adhy Pratama
- Agung Wijaya
- Agus Noor
- Agustan T. Syam
- Albert Camus
- Alimuddin
- Amanatia Junda S.
- Andy Sri Wahyudi
- Anggi Valentinata Goenadi
- Anonim
- Anton Chekov
- Aoh K. Hadimaja
- Apris
- Ardini Pangastuti
- Arifin C Noer
- Arthur S. Nalan
- Asrul Sani
- Ayu Utami
- Bang Ning
- Benny Yohanes
- Bertolt Brecht
- Bima Budi P
- Bina Margantara
- Bina Margantara
- Budi Ros
- Candra Barong Harjanto
- Chandra Kudapawana
- Christopher Hampton
- Cucuk Espe
- Dadi Reza Pujiadi
- Danarto
- Dheny Jatmiko
- Dian Tri Lestari
- Drs. Muslich
- Drs. Nurochmat
- Dukut W.N.
- Enang Rikajat Asura
- Eugene Ionesco
- Eugene O'neill
- Even Ensler
- Faisal Muhammad Nur Salim
- Federico Garcia Lorca
- Genthong HSa
- George Buchner
- Giri Ratomo
- Gondhol Sumargiyono
- Gunawan Maryanto
- Gusmel Riyadh
- H. Adjim Arijadi
- Hamdy Salad
- Hardjono Wiryosoetrisno
- Harwes
- Henrik Ibsen
- Herlina Syarifudin
- Hermana HMT
- Hermanjoyo
- Heru Kesawa Murti
- IGN. Arya Sanjaya
- Ibed Surgana Yuga
- Ida Khoirotin
- Ikun Sri Kuncoro
- Imran Laha
- Indra Tranggono
- Irwan Jamal
- Iwan Simatupang
- Javed Paul Syatha
- Jean Baptiste Poquelin Moliere
- Jhoni Habibie
- Jim Lim
- Jim Lin
- Joko Kurnain
- Joko Sucianto
- Joned Suryatmoko
- Juma'ali
- Kuntowijoyo
- Landung Simatupang
- Layeta Bucoy
- M.J. Wijaya
- M.S. Nugroho
- Max Arifin
- Mirza Jaka Suryana
- Mochammad Asrori
- Motinggo Busye
- Muh. Ibrahim Ilyas
- Muhamad Ali
- Muhammad AB
- Muram Batu
- Mutiara Sabrinda
- N. Riantiarno
- Nasyah Djamin
- Nicolo Machiavelli
- P. Hariyanto
- Paulus Simangunsong
- Pramoedya Ananta Toer
- Puntung CM Pundjadi
- Puthut Buchori
- Putu Wijaya
- R. Timur Budi Raja
- RYAN HERDIANSYAH
- Rachman Arge
- Rachman Sabur
- Radhar Panca Dahana
- Rakhmat Giryadi
- Ratna Indraswari Ibrahim
- Ratna Sarumpaet
- Rian Harahap
- Rodli TL
- Rosyid E. Abby
- Roy Agustinus
- Rudy Remakong
- Rusmila
- S. Jai
- Saini K.M.
- Samsi
- Samuel Beckett
- Sang Aru
- Seno Gumira Ajidharma
- Soni Farid Maulana
- Sophokles
- Suyatna Anirun
- Syaiful Affair
- Syuji Terayama
- T. Arief
- Taofan Nalisaputra
- Taufan S. Chandranegara
- Taufik Al Hakim
- Toto Sudarto Bachtiar
- Tri Aamalia Lestari
- Triyono
- Ucok Klasta
- Uje Lelono
- Usmar Ismail
- Utuy Tatang Sontani
- Viddy AD Daery
- W.B. Yeats
- W.S. Rendra
- WAHYANA GIRI MC
- Wahyu Setiadi
- Wahyudin
- Wawan Setiawan
- Welly SK
- Whani Darmawan
- William Shakespeare
- Winarno Hadi Saputro
- Wisran Hadi
- Wiwit Anggaini
- Yessy Anwar
- Yoga
- Yoyo C.Durachman
- Yukio Mishima
- Yusef Muldiyana
- Zahari
- Zak Sorga
- Zakh Syairum Majid
- Zohry Junedi
- Zulfikri Sasma