Monolog Kunci Kontak

Senin, 12 April 2010 gusmel riyadh

MONOLOG
KUNCI KONTAK
Karya Yusef Muldiyana


DARIYATI TERUS MENGULANG KALIMAT ITU DALAM NYANYIAN DAN SENANDUNG. SETELAH BOSAN BERNYANYI IA BERGERAK-GERAK SEHINGGA DUS ITU SEOLAH-OLAH MENARI.

Buah alpukat di dada ada dua. Bersembunyi dibalik baju karena takut dilihat tikus yang ada di selangkanganmu. Membengkak! (BEAT) Seram! Mencekam! (BEAT) Aku tidak mau jadi pelacur! Siapa yang tidak butuh uang. Kita semua budak uang! Uang dicari dimana-mana! Uang ditinggu dimana-mana! Datanglah uang, dating! Datanglah berbondong-bondong! Ajaklah teman-temanmu memenuhi dompetku, asalkan temanmu juga uang. Uang asli ya? Jangan uang-uangan. (BEAT) Tidak! Aku tidak mau dipenjara.


TERDENGAR SUARA LANGKAH KAKI.

Suara langkah apa itu. Para pemerkosa itu? Jangan! Jangan perkosa saya! Saya tidak mau! Matilah wahai para pemerkosa, agar para perawan tenang menjalani kehidupan.

SUARA LANGKAH HILANG
Kenapa harus ada nafsu? Kenapa harus ada kejahatan?

TERDENGAR LAGI SUARA LANGKAH BANYAK.

Suara langkah-langkah siapakah itu. Polisi? Jangan-jangan tangkap saya! Jangan aku kau adili! Jangan kau seret aku ke penjara. Matilah wahai para polisi, agar aku tenang. Tidak dihantui penjara setiap waktu.

SUARA LANGKAH HILANG. IA MENGELUARKAN SEBELAH TANGANNYA

Umi, berhentilah jadi pelacur Umi. Takutlah pada penyakit yang selalu jadi masalah umat manusia. Penyakit serius yang mematikan. Karena ilmu kedokteran belum menemukan vaksin dan obat yang dapat mengobati penyakit itu. Kata orang, itu adalah penyakit kutukan! Amit-amit! Najis! Bacin! (BEAT) Umi sadarlah, janganlah

MONOLOG
KUNCI KONTAK
Karya Yusef Muldiyana


Download Naskah Ini