DIAMKU ADALAH SEBUAH KERINDUAN

Jumat, 11 November 2011 gusmel riyadh

DIAMKU ADALAH SEBUAH KERINDUAN 
Naskah Rudi Remakong 

Berawal dari inisiatif kisah perjalanan hidup seseorang yang merindukan sesuatu keadaan indah, ketika rasa diam kian memuncak, sepi ini berlabuh pada muara syarat canda, saat peristiwa mulai tiba (ilusi), menjadi alur cerita perjalanan seorang perempuan, yang dilukiskan oleh segerombolan orang, hingga ketegangan menguasahi amarah, perempuan itu hanya diam tanpa sepata kata, lalu kemudian kisah ini mengujungkan kenangan, sampai akhirnya sang perempuan berucap menguntaikan sebuah puisi dan berkata “diamku adalah kerinduan” pada seorang lelaki dari segerombolan orang-orang, lalu perempuan berakhir dengan mati.

Adegan.1.



Seorang perempuan telah berada dalam panggung dan duduk diatas (trab) dengan posisi diam sambil merenung.

Lampu redup fokus pada perempuan.

Berkisar hitungan 1 menit.



Tiba-tiba seorang laki-laki masuk telah berada juga diatas trab samping kanan perempuan dalam posisi berdiri tegap, lalu lelaki itu berdialog dan kemudian hilang.



 Diam sejenak dan sambil tersenyum.



Lelaki 1           :  diammu tak memberi jawaban untuk semua . .

                         maka kutunjukkan engkau pada kerinduan . . .



Lelaki itu mendekati perempuan dengan cepat lalu lampu padam dan kemudian nyala kembali, perempuan merasa tersentak dari kebingungan, lampu redup dan perempuan tetap menjadi focus.



2 orang masuk.



Orang 1           : berhenti . . ?

                         jelaskan padaku . . .



Orang 2           : apa yang harus kujelaskan . .



Orang 1           : jelaskan apa yang terjadi . .



Orang 2           : memang apa yang telah terjadi . . .



Orang 1           : jangan berbalik bertanya . .

                        sudahlah, katakan saja padaku . .



Orang 2           : apa yang harus kukatakan . .

 jika memang diriku tak tahu tentang semua ini .



Orang 1           : usahlah berbohong . . .

                         karna kuyakin kau pasti merahsiakannya .



Orang ke dua berdiam dengan sikap gelisah.



Orang 2           : aku tak mengerti maksudmu . . ?



Orang 1           : katakan . .



Orang 2           : sungguh, aku tidak tahu . .



Orang 1           : bicaralah padaku . .



Orang 2           : sudah kubilang, aku tidak tahu . . .



Orang 1           : ucapilah, sebelum ombak menghantammu .



Orang 2           : walaupun ombak menghantam, diriku tetap tak bisa mengatakannya .



Situasi tegang, emosi ke dua orang memancing dan mencekam.


klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini