INONG: DONGENG RUMAH JALANG

Minggu, 19 Februari 2012 gusmel riyadh


INONG: DONGENG RUMAH JALANG
Repertoar Cucuk Espe

Tokoh:

Sandek
Inong
Madranu
Silay



#1

PROLOG

Begitulah seharusnya perempuan. Begitulah seharusnya menjalani hidup. Takdir yang membuatku tak mampu memilih, selain hanya menjalani dan menghidupi. Hidup yang tak sepatutnya kujalani. Perempuan manapun ingin diperlakukan seperti rembulan yang dilingkari cincin purnama sidhi. Menebar cahaya sampai malam menempuh klimaks. Aku pun terjatuh. Runtuh. Tanpa boleh mengeluh.
                Saat hujan membasah tubuh, malam berkepala halilintar menyobek tanpa sadar, aku melihat tubuhku luluh. Terlempar dalam ruang pengap tanpa boleh berkata; belum siap. Begitulah perempuan yang dilempar senyuman sekaligus hujatan. Di sini, tak boleh ada yang menyesali diri. Jalani. Jalani dan nikmati. Seperti awan di langit mati. Tetapi masih salahkah jika aku bertanya; mengapa perempuan seharusnya begini?

Suatu tempat, dimana saja. Angin berhembus sangat tidak bersahabat. Awan pekam bergerak lamban merusak cakrawala. Sepucuk rerumputan nyaris terberangus matahari yang seolah turun beberapa inchi. Suasana terasa sangat ganjil. Sakit. Dan sulit dimengerti dengan akal paling sehat sekalipun. Sandek menikmati napasnya yang gontai, pikirannya yang lunglai dan perasaannya yang terkulai.

01. Sandek           
Akhirnya sampai juga di sini. Meski sering aku melewati  jalan ini, terasa sangat jauh. Rasanya tulang kakiku nyaris runtuh. Mungkin karena usiaku bertambah renta? Atau memang pikiranku yang renta? Tapi sarafku masih sehat, otakku masih kuat untuk mengingat apapun. (tiba-tiba) Satu...dua...ketika hujan, tiga...karena terpaksa, empat..empat...Oh! kenapa sulit menemukan yang keempat? Apakah hujan atau...ya! tengah malam. Aku ingat karena sempat aku mengejar burung gagak di tikungan. Burung itu sembunyi di balik pepohonan gelap. Tapi ada beberapa kali malam. Apakah ketika ketemu burung gagak itu malam keempat? Atau ketika aku nyaris terperosok ke selokan karena dikejar anjing? Malam ke berapa itu? Ah! Daya ingatku tak boleh rentah. Tidak boleh...

02. Madranu
(sebenarnya dia telah lebih dulu berada di tempat itu, hanya saja pada posisi tersembunyi). Tidak boleh...tidak boleh...siapa yang tidak memperbolehkan!

03. Sandek
(kemunculan Madranu membuat Sandek kaget). Oh, siapa di situ?

klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
 Download Naskah Ini