Naskah Komedi | LARAS 2 Alias Kisah Laras dan Lain-lain

Jumat, 29 Oktober 2010 gusmel riyadh

“Kisah Laras dan Lain-lain”
(Laras II)
Seekor Burung Kecil nan Indah Yang hidup di Tengah Kompleksnya Masalah Rumah Tangga
Sebuah Sandiwara Komedi Karya Dukut W.N.

Pemeran
1. Pak Suryo
2. Juminten
3. Pak Lurah
4. Hansip 1
5. Asri
6. Lasmi
7. Karti
8. Jumino
9. Rejo
10. Sarmi

Sinopsis
Pak Suryo yang baru 2 tahun menikah dengan Juminten, ingin menghadiahkan seekor burung yang dibelinya dari seorang Tukang Bangunan. Pak Suryo adalah orang yang pelit dan sombong, sehingga masyarakat disekitarnya sangat membecinya.
Pada suatu hari burung kesayangannya hilang, Pak Suryo yang tidak ingin ketahuan dari istrinya bahwa burungnya sedang hilang segera bergegas melaporkan kepada Lurah. Lurah dan anak buahnya pun segera mengintrogasi para warganya yang diduga pak Suryo mencuri burungnya. Asri, Lasmi, Karti, dan Jumino pun yang akhirnya diindikasi mencuri burung Pak Suryo Dikarenakan mereka yang sering sliwar-sliwer depan rumah Pak Suryo, serta dikuatkan dengan dugaan Pak Suryo.
Bukanya mengungkap pencurian burung malah hal-hal lain yang tidak terduga terungkap. Lalu siapakah pencuri burungnya?



BABAK 1
Adegan 1
Tampak sebuah serambi rumah beserta kursinya. Ada juga kursi panjang di rumah itu. Didekat satu set kursi terdapat sebuah kandang burung beserta burungnya. Dan terihat dua pembantu sedang bercakap-cakap sambil membersihkan serambi rumah.

Sarmi : Nasib-nasib, main pertama di pentas saja, jadi pembantu. Koq nggak jadi nyonya besar apa tuan putri gitu. Kan lebih pantas!!! Hah nasib-nasib.
Rejo : Mbok diterima saja to mi. Semua itu sudah takdir dari Tuhan yang Maha Sutradara. Kamu jadi pembantu dan saya juga jadi pembantu. Kalau kamu tidak mau terima nasib, alias tidak mau bersyukur. Kamu akan termasuk orang-orang yang kufur terhadap nikmati Allah. Mau dianggap orang kufur.
Sarmi : Bukannya begitu jo. Masalahnya eman-eman banget kalo bakat dan kemampuan saya di bidang keaktoran itu hanya dimanfaatkan sebagai seorang pembantu. Padahal jelas-jelas saya cocoknya jadi tokoh-tokoh yang elegan. Bukannya jadi pembantu.
Rejo : Ya ya saya akui, kamu memang sangat berbakat.
Sarmi : Lho kamu saja juga mengakui og. Memang saya sangat berbakat.
Rejo : Ya berbakat jadi Pembantu.
Sarmi : Semprul!!! (sambil melempar sesuatu sehingga menimbulkan keributan, kemudian dari dalam rumah Suryo menegur)
Suryo : Rejo!! Sarmi!! Ada apa diluar, koq ribut-ribut.
Sarmi : Tidak apa-apa koq tuan.
Rejo : Iya tuan. Tidak ada apa-apa.
Suryo : Awas ya, kalo barang-barang itu rusak. Barang mahal semua itu. Apalagi burungnya. Awasi burungnya lho jo.
Rejo : Ya tuan. (kepada Sarmi) Eh mi, itu karena pebuatanmu. Jangan membuat berisik, nanti tuan Suryo marah lho. Biasanya jam-jam segini tuan Suryo lagi sibuk-sibuknya menghitung duit.
Sarmi : Ya saya juga tahu, lagi ngitung duit hutang kan?



Download Naskah Ini