CERMIN
karya NANO RIANTIARNO
PANGGUNG MULA-MULA GELAP. GELAP SEKALI. TIBA-TIBA TERDENGAR TERIAKAN KETAKUTAN
SEORANG LAKI-LAKI. PANGGUNG MASIH TETAP GELAP.
SUARA :
Jangan! Jangan tinggalkan saya! Tolong! Tolong! Tolong! Nyalakan lampu, saya
takut gelap! Saya takut sendirian! Tolong! Jangan tinggalkan saya! Cahaya, saya
butuh cahaya! Saya butuh terang! Tolong…….cahaya…….cahaya.
DAN LAMPU WARNA PINK MENYOROT (FADE-IN) MELINGKARI AREA DIMANA DIA
BERTERIAK-TERIAK DILANTAI, SAMPING SEBUAH KURSI BESI. DALAM PENJARA SEORANG
LAKI-LAKI KIRA-KIRA BERUMUR 35 TAHUN KAGET KETIKA SADAR BAHWA DIA SEKARANG
BERADA DALAM TERANG. DIA KECAPAIAN DAN TERENGAH-ENGAH.MENGHIMPASKAN PANTATNYA
DI LANTAI. PADA SAAT YANG HAMPIR BERSAMAAN, SETELAH UJUD SELURUH LAKI-LAKI ITU
TERLIHAT SAMAR-SAMAR LAMPU MENYALA MENYOROTI AREA DI DEPAN DIA. SEORANG
LAKI-LAKI LAIN YANG SELURUHNYA SAMA DENGAN DIA JUGA DUDUK DI LANTAI SAMPING
SEBUAH KURSI BESI YANG SAMA. LAMPU BERWARNA PINK JUGA. DUA LELAKI YANG SAMA
DUDUK DI LANTAI SAMPING KURSI BESI YANG SAMA TERSEKELILING GELAP. GELAP SAKALI.
LAKI-LAKI :
He………..
(LAKI-LAKI DI DEPANNYA MENYAPANYA JUGA PERSIS TAPI TANPA
SUARA)
Hee……….. Ya! Masih ada. Kukira sudah pergi bersama yang lain-lain. He, aku
senang kau masih ada. Di depan situ menatapku. Temanku Cuma kamu sekarang. Di
sini pengap. Keringat tak henti-hentinya menyembul dari pori-pori kulit. Aku
khawatir kalau persediaan air dalam tubuhku habis, pasti bukan keringat lagi
yang keluar tapi darah. Dan kalau darah sudah habis…….. sebuah pintu terbuka lebar-lebar
dan aku harus mendorong diriku sendiri untuk bilang ayo masuki ruangan besar di
sebaliknya. Ruangan besar dari sebuah gedung yang besar. Ada apa di dalamnya? Perabotan-perabotannya
bagus? Jenis kursi-kursinya dibikin dari kayu apa? Jati tua atau mahoni?
Karpetnya? Dari India atau Persia?
LAKI-LAKI :
Apa ada hiasan-hiasan dindingnya? Dari apa? Kuningan apa perunggu? Lampu
gantungnya dari kristal? Kamar mandinya bersih, artinya tidak terdapat lipas di
sudut-sudutnya. Dapurnya bagaimana? Selalu tersedia makanan hangat dalam
lemari? Aku pedagang barang antik, harus tahu secara detail perabotan-perabotan
tiap ruangan yang kumasuki. Bagaimana? Apa aku akan ditemani atau sendirian?
(BERBISIK) Apa Su ada disitu……apa dia menungguku disitu? (DIAM MENUNGGU JAWABAN).
Ya aku tahu kau tidak tahu. Tak seorangpun yang tahu sebelumnya. Masuki gedung
itu dulu, baru kau akan bisa bercerita ada apa di dalamnya. Tapi siapa saja
yang masuk ruangan besar itu, tak akan pernah kembali lagi. Pans, Cuma keluhan,
jangan khawatir seorang kawan bisa menyejukkan suasana. Ada seorang di sekitar kita lebih baik
daripada sama sekali tidak ada. Pada dasarnya semua orang takut sendirian. Aku
juga. Kau juga. Benarkan. Kita ngobrol-ngobrol, untuk mengisi waktu. Obrolan
yang intim bisa menambah rasa kekawanan. Tidak usah dijawab. Aku yakin pasti
kau mau. Ya, kita akan ngobrol-ngobrol. Aku dapat pertama, kamu yang kedua.
Akan kubeberkan semuanya tanpa malu-malu. Tapi musti janji, begitu aku selesai
kau segera menyambungnya. Dengan begitu tak akan terasa lagi waktu lewat.
Pagi-pagi sekali kita akan berpelukan mengucapkan salam perpisahan, barangkali
sambil tertawa-tawa atau barangkali kita akan saling menangisi. Entahlah!
Jangan menjawab, aku tahu kau sama seperti aku, termasuk orang-orang yang
selalu berusaha untuk menepati janji. Dengan adanya kau di situ, meskipun kau
tidak menyapa apa-apa bisa kupastikan kita akan selalu bersama-sama, setia
sampai mati.
(BERPIKIR HENDAK MEMULAINYA DARIMANA).
He…….he…….he he he! Heeeeeeeeeeeeee………………..
(DIA MEMATUT-MATUT DIRI. BERTINGKAH SEBAGAI SEORANG LAKI-LAKI JANTAN. DIA
MELANGKAH DENGAN TEGAP. KE MUKA KE BELAKANG).
Sampai mati!
(BERTINGKAH SEBAGAI TENTARA. BERTINGKAH SEBAGAI PENARI.
BERTINGKAH SEBAGAI ORATOR. BERTINGKAH SEBAGAI BADUT. LAKI-LAKI DI DEPANNYA
MENIRUKAN GERAK-GERAK YANG DIA LAKUKAN DENGAN PERSIS. LAKI-LAKI TERTAWA
KEGELIAN).
Tiruan yang sungguh-sungguh sempurna…….sempurna…….sempurna.
(LAKI-LAKI ITU MENANGIS. DARI PERLAHAN SAMPAI MENGGERUNG-GERUNG. DIA MERATAP)
Download naskah di bandarnaskah.blogspot.com
Sampai mati……. Su! Su! Sunni! Kenapa jadi begini? Kenapa kau pergi? Kenapa aku
ada di sini? Kenapa mesti ada hal-hal yang mendorong kita melakukan hal-hal?
Kenapa kamu tidak mau menurut? Kenapa waktu kamu masih ada, rasanya semua terang
dan jelas. Tanpa kabut. Tiap kupandangi diriku di kaca, maka kulihat ujud
seorang laki-laki yang utuh. Lalu sekarang, kau entah ada di mana? Jarak dan
tembok memisahkan kita. Semua yang terlihat jadi samara-samar. Bukan maksudku
melakukan itu. Terjadi begitu saja, didorong oleh kekuatan yang ajaib! Seperti
alir sungai yang dibendung, makin tinggi bendungannya makin banyak air yang
tertampung dan tekanan untuk molos mencari aliran lain makin besar. Lalu suatu
saat air tak terbendung lagi sedang tekanan makin besar, makin besar. Dan
tiba-tiba bendungan jebol!
Kau tanamkan bibit di sini. Tumbuh sedikit demi sedikit
hingga berbunga, waktu kelopak bunga itu merekah, dia bersuara seperti
terompet. Suaranya memekakkan telinga. Dan Sunniii…gemanya! Gemanya melengking!
Tak tahan aku untuk tidak berbuat apa-apa. Dan bisik-bisik itu. Bisik-bisik
yang memerintahkan aku supaya melakukan niatku, musnahkan! Musnahkan Hancurkan!
Hancurkan biar jadi abu sekalian. Dari abu kembali jadi abu, kata bisik-bisik
itu dalam telinga.
Kekuatan bumi menarik kakiku dalam-dalam, menyeret dan
membakarku dalam inti magma yang paling panas! Aku merungkuk, makin merungkuk,
Rasa panas yang terkutuk membakar, memadat dalam dada. Menyiksaku tanpa ampun,
hingga hari itu tiba, kau tahu seluruh tubuhku gemetar. Panas dan dingin
menjadi satu seperti nerapa. Dan kau tahu, kau tahu, kekuatan aneh itu yang
memaksaku untuk jadi babi gila. Menyeruduk ke mana saja nalurinya memerintahkan
untuk meyeruduk. Aku menyeruduk. Apa saja yang kulihat, kulihat sebagai musuh.
Harus dihancurkan dalam sekejab! Tapi yang kuseruduk rupanya tembok-tembok
besi…..Lihat……. dua taringku patah, tak lagi bisa dijadikan senjata. Sebagai
perhiasanpun cukup buruk kan?
Kalau aku ini tentara, maka aku tentara yang tidak baik. Tidak punya disiplin,
kurang taktis, tidak mampu mengontrol emosi serta tidak perduli pada
batas-batas dan ukuran.
Download naskah di bandarnaskah.blogspot.com
(KECEPATAN).
Su, perempuan biasa. Tidak cantik tetapi punya daya tarik
yang luar biasa, kegairahan hidupnya seperti kuda tak terkendali! Salahku
memang, mengawini perempuan bekas pelacur. Padahal tadinya sudah kurelakan, dia
bekerja, aku juga bekerja. Tapi Su selalu bilang padaku : ah, kamu tidak pernah
bisa memberiku apa-apa selain anak. Ya, itu kenyataan. Dan karena itu pula dia
berhak menutup mataku, mulutku dan menahan gerak semua anggota tubuhku. Tapi
memang semua itu termasuk dalam perjanjian. Dan kami sudah saling
menjanjikannya, dulu waktu dia kukawini. Kenyataan ini mampu kutahan sampai beberapa
lamanya, 3 anak. Cuma itu katanya yang bisa kuberikan padanya, ya! Tapi lihat
muka anak-anak itu satu persatu kalau mereka masih hidup. Lihat dengan teliti.
Seperti siapa mereka? Adakah persamaannya denganku? Sama sekali tidak. Yang
sulung entah seperti siapa? Yang kedua entah seperti siapa dan yang ketiga
kulitnya hitam pekat dengan mata yang bulat dan rambut keriting kecil-kecil.
Anakkukah itu? Anak Su! Aku pernah punya pikiran mungkinkah ada dokter-dokter
jahil yang senang menukar-nukar bayi di RS bersalin, atau perawat-perawatnya.
Tapi hal itu tidak mungkinkan? Mereka pasti menghormati sekali sumpah jabatan.
Tapi aku bisa memastikan anak yang ketiga bukan anakku!
klik di sini untuk
download naskah teater selengkapnya