Manusia BBM (Benar Benar Munafik)

Sabtu, 30 November 2013 Unknown

Naskah ini dapat diunduh dengan mudah di rumah baru kami: DI SINI

Naskah Kiriman dari Teater Tuman Jepara





MANUSIA BBM (benar benar munafik)
Karya:  Hamid Surip (abdul hamid)
Teater TUMAN UNISNU JEPARA


Pemain:
-          Sang penguasa
-          Nelayan
-          Ibu rumah tangga
-          Beberapa orang

Sinopsis…
Cerita ini hanyalah sedikit cuplikan dari sisi kehidupan masyarakat kita yang sangat menyedihkan… dalam cerita ini digambarkan seorang penguasa dengan pakian lengkap dengan jas dan dasi yang mewah. dalam cerita ini  dia(penguasa) pura pura tidak mendengar derita rakyat digambarkan dengan dia memakai had pone besar ditelinganya, dan pura pura tidak melihat penderitaan rakyat, dengan dia memakai kacamata hitam besar. Dan kebetulan saat ini yang terjadi  adalah naiknya harga BBM, maka saya angkatlah peristiwa ini dan pastinya akan memperparah kehidupan rakyat indonsia mayoritas.
Mulai cerita…

JANJI SENJA

Minggu, 10 November 2013 gusmel riyadh


JANJI SENJA
Taofan Nalisaputra


PEMAIN        :
1.      IBU
2.      ANAK (GADIS)

SETTING      :
RUMAH DENGAN HALAMAN DAN TEMPAT DUDUK (BANGKU PANJANG) UNTUK BERSANTAI

LAMPU MENYOROT  HANYA DARI SEBELAH SISI PANGGUNG MENGGAMBARKAN KEADAAN SENJA.


Lagu Pak Tua - monolog

Sabtu, 09 November 2013 gusmel riyadh


Naskah Monolog
“Lagu Pak Tua”
Ditulis oleh : Adhy Pratama

(dimulai dari instrument “lagu Pak Tua” dengan kunci dasar E”)
Setting :
Layar terbuka
Suasana agak temaram, kira-kira pukul 18.00. Seorang laki-laki, agak tua, sekitar 60 tahun, kerutan diwajah tampak tergurat, kulit sawo matang duduk disebuah kursi menghadap kedepan. Laki-laki tua duduk santai, kaki diselunjur kedepan, tangan kanan memegang sebotol vodka, tangan kiri mengayun-ayun. Kepala menyandar ke kursi, menghadap keatas, bertopi koboi. Disebelah kursi sekitar 1 meter ada sebuah meja persegi sedang dengan taplak yang kusam dengan sebuah lampu teplok dengan cahaya yang temaram. Selain lampu, ada sepiring nasi sudah basi, sepertinya sudah dua hari. Selain itu, sebuah buku tulis lusuh juga sebuah mini tape yang sudah usang.

PELUKIS DAN WANITA - naskah teater

gusmel riyadh


NASKAH DRAMA



PELUKIS DAN WANITA
Adhy Pratama Irianto
   

Sinopsis :
Hidup adalah menunggu. Menunggu untuk tumbuh, menunggu untuk besar, menunggu untuk kaya, dan menunggu untuk mati. Hidup bagi sebagian orang, hidup hanya terisi dengan ngungkung di kantornya, ngalor-ngidul dijalanan, dan melototin layar monitornya, terus pulang, terus tidur, terus bangun lagi terus ngungkung lagi. Terlalu panjang penantian yang dirasakan bagi manusia untuk hidup, dan tak jarang yang bosan dengan monogamy dan hitam putih hidup itu. Naskah pelukis dan wanita hanya mengganti keadaan hidup yang menunggu, entah menunggu apa, menjadi seorang wanita yang menunggu pelukis untuk melukis dirinya. Sekian lama menunggu, yang didapatnya hanya kebosanan. Hingga ia lebih memilih untuk berhenti menunggu walaupun sebenarnya kalau ia masih punya sisa kesabaran sedikit lagi, wajahnya yang cantik akan terlukis di canvas yang ia bawa sendiri.


MONOLOG SIDANG JEMBATAN

gusmel riyadh

monolog
SIDANG
JEMBATAN
Adhy Pratama


Setting : Musik bertaluan dari belakang layar, sementara layar masih tertutup. Dari tempat penonton hingga depan panggung terbentang sebuah jembatan menyentuh lantai, namun ada pegangan tangan dikiri dan kanan. Seorang lelaki, mencerminkan kemiskinan berjalan ditengah-tengah penonton meniti jembatan. Ruangan benar-benar gelap, cahaya hanya dibelakang layar. Lelaki ini membawa lampion terang kemerahan. Berjalan dengan pelan dan hati-hati, tempo berjalan lambat namun tempo berbicara sedang.
Lelaki (L) : Aku rindu, aku benar-benar merindukan (pause, berhenti, memandang sekeliling) saat suara rakyat adalah suara Tuhan, saat suara rakyat mengalun dengan lantang. (menghadap kekanan, lampion seperti menerangi bawah jembatan) rakyat adalah otak, bukan kelingking, yang seandainya ada amputasi, (pause) orang gila pun lebih memotong kelingking daripada mengorbankan otaknya. (melanjutkan berjalan dengan hati-hati, sesekali memegangi tali jembatan)