Tampilkan postingan dengan label Naskah Teater. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Naskah Teater. Tampilkan semua postingan

NASTITI

Selasa, 31 Mei 2011 gusmel riyadh

 Naskah ini adalah kiriman dari Faisal Muhammad Nur Salim


NASTITI
Karya : Faisal Muhammad Nur Salim


Para Pemain:
1. Nastiti (21 tahun)
2. Ibu (48 tahun)
3. Herman (26 tahun)


Panggung adalah bagian dalam rumah yang sederhana. Di ruang itu hanya terdapat beberapa barang. Sebuah meja dan kursi untuk tamu, kursi goyang yang terletak disudut ruangan, sebuah foto lelaki setengah baya yang terpajang di dinding, dan dua kursi kayu yang berhadap-hadapan dengan meja tua terletak di tengahnya. Di atas meja tua itu terdapat papan catur yang telah tertata. Sandiwara ini dibuka dengan adanya Nastiti dan Ibunya. Nastiti duduk di salah satu kursi kayu,mengamati papan catur, sementara ibunya duduk di kursi goyang sambil nembang. Tembang yang dinyanyikan kali ini sama dengan tembang yang dinyanyikan kemarin, yang berarti tembang yang sama juga dengan tembang yang dinyanyikannya kemarinnya lagi,begitu seterusnya.

Syair Kamelia

Rabu, 25 Mei 2011 gusmel riyadh

Syair Kamelia
Tri Aamalia Lestari



Kamelia : “ Abang ade apeni bang… ? Uww… pastilah abang betengka lagi, iye kan ? Sudah berape kali abang mace mini,tak jera ke ? ” ( sambil mengobati luka-luka Samsul ).
Samsul : “ Bukannye abang yang nak betengka, merekelah yang berani-berani nak tantang abang jadi ye abang terime aje. Tapi asal kau tau Kamelia, abang babak belo macam ni bukannye kalah, abang dihantam oleh tujuh orang Jawe tu, soal kecillah tu, satu due kali pukul tunggang langgang lah mereke lari.
Ha….ha…. ”

Ketika Cinta Lintas Agama

Selasa, 24 Mei 2011 gusmel riyadh

ketika cinta lintas agama
karya: wahyu setiadi

Sinopis : Sebuah Naskah yang mecritakan tentang sebuah perbedaan, dimana cintalah penyebabnya. Sebuah gambaran tentang benang merah antara Alim seorang muslim yang mencintai CHristy yang seorang Kristiani, terjalin indah dibalik bayang-bayang kemungkaran sebuah perbedaan, dimana cinta itu harus tunduk pada aturan hidup, Pertemuan kedua sejoli ini mengatur kita bagaimana memandang sebuah perasaan yang dibatasi oleh hukum Tuhan, lingkungan pun menentang jalinan benang merah tersebut. Kedua orang tua mereka pun tak setuju atas perasaan yang menembus batas toleransi, Tapi kedua sejoli tetap kukuh pada keyakinan mereka: bahwa Cinta tidak salah, jadi jangan salahkan mereka untuk mencinta, apakah kekuatan cinta mereka dapat menembus segala penghalangnya, sebuah aturan Tuhan dan lingkungan,???? Selamat menyaksikan

RAHWANA

Selasa, 10 Mei 2011 gusmel riyadh

RAHWANA
Karya: Abdul Mukhid

BABAK SATU
ADEGAN 1
(Kerajaan Alengka waktu senja. Di bagian taman sari. Taman Asyoka yang sudah masyhur namanya. Terlihat para dayang melayani Shinta. Rahwana sedang bercengkerama dengan Sinta. Rahwana tidak digambarkan sebagai tokoh raksasa yang jelek, tapi sebagai seorang yang gagah dan wajah lumayan tampan. Taman sari itu adalah sebuah taman sari yang sangat indah. Tokoh dayang-dayang boleh ada boleh tidak)
RAHWANA: (Kepada dayang-dayang) Kalian boleh pergi.
(Para dayang memberi hormat, lalu pergi. Tinggal Rahwana dan Shinta berdua)
RAHWANA: Kau tahu kenapa aku membawamu kemari?
SHINTA: (Pura-pura tidak tahu) Tidak.

MEREKA TELAH MEMBAKAR MEUNASAH KITA

Senin, 09 Mei 2011 gusmel riyadh

MEREKA TELAH MEMBAKAR MEUNASAH KITA

karya:  Zakh Syairum Majid

( Seorang perempuan remaja memakai kruk berjalan tertatih-tatih ke tengah panggung. Berhenti Diam. Matanya menerawang jauh ke depan. Kemudian dia duduk di tengah panggung. Menangis terisak )

Aisyah
Emak akan pulang, kan ? Lihat, lihat aku telah menemukan beberapa butir peluru yang membuat Bang Yunus terkapar dan mati ? Peluru yang manghadiahkan kematian bagi Bang Yunus saat ulang tahunnya yang ke-25. Sebelum dia berangkat di pagi itu menuju Jawa, tempat dia menuntut ilmu.
Tapi mereka siapa, Mak ? Meraka siapa, Yah ? Orang –orang yang berbaju doreng itu ? Katanya, mereka datang hendak membebaskan kita dari penderitaan yang berkepanjangan ini ? Orang-orang itu menuduh Bang Yunus sebagai mata-mata, entah mata-mata siapa. Mereka hanya bisa menuduh tanpa alasan yang jelas, atau memang itu sudah tabiat mereka ?
Mengapa kita tak pernah merdeka, Mak ? Tapi, merdeka itu sebenarnya artinya apa, Mak ? Dan peluru tak mungkin bisa diajak bicara. Dan di Meunasah juga tak pernah diajari apa itu peluru, untuk apa peluru dan bagaimana cara membunuh dengan peluru.

( Dari dalam ada suara memanggil-manggil )