Tampilkan postingan dengan label Monolog. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Monolog. Tampilkan semua postingan

Monolog Episode Daun Kering

Senin, 12 April 2010 gusmel riyadh

Naskah Monolog
EPISODE DAUN KERING
ADAPTASI DARI CERPEN KARYA LARSI DE ISRAL
oleh Zulfikri Sasma


Waktu itu papa duduk di sofa. Ia membaca Koran, kelihatan santai, saya datang dan mengambil tempat di sofa lain.

Oke! Silahkan Papa buru babi. Tapi, membeli anjing? Apalagi seharga dua juta lebih? Saya tidak setuju! Itu haram, Pa!

Hehehehe… jika tidak dibeli Papa dapat anjing dari mana? Mana ada anjing kurap yang bisa buru babi? Atau anjing jadi yang dibagi-bagi secara gratis? Nak, membeli anjing itu tidak apa-apa asal tujuannya baik. Nah, menyelamatkan tanaman petani dari hama babi kan perbuatan mulia? Banyangkan babi-babi yang temok itu diburu dengan anjing kurap, heh, heh… ia akan tetap merdeka melahap tanaman petani. Dan, petani tidak akan makan, kamu rela petani mati kelaparan?

Monolog Kunci Kontak

gusmel riyadh

MONOLOG
KUNCI KONTAK
Karya Yusef Muldiyana


DARIYATI TERUS MENGULANG KALIMAT ITU DALAM NYANYIAN DAN SENANDUNG. SETELAH BOSAN BERNYANYI IA BERGERAK-GERAK SEHINGGA DUS ITU SEOLAH-OLAH MENARI.

Buah alpukat di dada ada dua. Bersembunyi dibalik baju karena takut dilihat tikus yang ada di selangkanganmu. Membengkak! (BEAT) Seram! Mencekam! (BEAT) Aku tidak mau jadi pelacur! Siapa yang tidak butuh uang. Kita semua budak uang! Uang dicari dimana-mana! Uang ditinggu dimana-mana! Datanglah uang, dating! Datanglah berbondong-bondong! Ajaklah teman-temanmu memenuhi dompetku, asalkan temanmu juga uang. Uang asli ya? Jangan uang-uangan. (BEAT) Tidak! Aku tidak mau dipenjara.

Monolog Markendos (sebut aku Upi)

gusmel riyadh

Naskah Teater Monolog
MARKENDOS
(sebut aku Upi)
Karya Yusef Muldiyana

Pasti si keparat itu sudah pergi jauh. Dia nggak ngelihat gua sembunyi di sini. Laki-laki belang! Bukan hidungnya saja yang belang tapi segala-galanya! Terutama otak dan hatinya.
Enak saja dia mau perkosa gua, padahal dia orang punya bini dan anak tiga. Dia bukan cowok yang kemarin, juga bukan cowok yang waktu itu hampir berhasil menelanjangi gua sebelum gua tending “margonda”nya hingga dia terkapar di dekat tanah dekat kebun haji Malik.

Monolog Kapak Berhala Namrudz

Kamis, 08 April 2010 gusmel riyadh

naskah teater monolog
KAPAK BERHALA NAMRUDZ
Karya Rodli TL

Nyanyian latar mengisi kesunyian ruang. Bergerak menyusup pada tiap gelap pada tiap mimpi.

Mimpi, Mimpikah aku, Aku punya mimpi, Mimpi. Seseorang yang sudah lanjut usianya tiduran di atas altar, diselimuti remang malam. Diantara patung-patung sesembahan yang hancur, Ia mendengkur, dan kadang mengigau. Ia seakan terjaga, lalu menemui orang-orang yang sedang menungguhinya.
Orang Tua

Monolog KUPU-KUPU TIDUR

Selasa, 06 April 2010 gusmel riyadh

Naskah drama monolog
KUPU-KUPU TIDUR
Cerpen Wawan Setiawan



Termenung
Kupu-kupu itu bersayap kuning, terbang kesana kemari di tanah samping.

Mulai bergerak
Coba lihat, ia sedang mencari sesuatu, dibalik daun bunga sepatu. O, ternyata benar, ia sedang menitipkan telurnya.

Berjalan
Nanti telur-telur itu jadi ulat. Ulat-ulat itu merayap dari daun ke daun. Memangsa daun-daun itu, nyaem nyaem nyaem, ia besar, gemuk, lalu masuk ke kepompong.

Monolog Marsinah Menggugat

Senin, 05 April 2010 gusmel riyadh

MARSINAH MENGGUGAT - 1
Karya Ratna Sarumpaet (Satu Merah Panggung)


ALAM DILUAR ALAM KEHIDUPAN. DISEBUAH PERKUBURAN.

MARSINAH SEORANG PEREMPUAN MUDA, USIA 24 TAHUN, SEORANG BURUH KECIL DARI SEBUAH PABRIK ARLOJI DI PORONG, JAWA TIMUR, TANGGAL 9 MEI 1993 DITEMUKAN MATI TERBUNUH., DIHUTAN JATI DI MADIUN. DARI HASIL PEMERIKSAAN OTOPSI, DIKETAHUI KEMATIAN PEREMPUAN MALANG INI DIDAHULUI PENJARAHAN KEJI, PENGANIAYAAN DAN PEMERKOSAAN DENGAN MENGGUNAKAN BENDA TAJAM.

Monolog Baju (Ratna Indraswari Ibrahim)

gusmel riyadh

Monolog BAJU
Ratna Indraswari Ibrahim

“Saya kira ini kejahatan yang luar bisa, bukan saja datang dari pihak Hastinapura, juga dari suami-suamiku, yang dengan gegabah mempertaruhkan diriku sebagai taruhan di meja judi. Ini penghinaan yang luar bisa, aku bukan budak atau selir! Aku permaisuri yang anak raja. Jadi,

Monolog Black Jack (Benny Yohanes)

Minggu, 28 Maret 2010 gusmel riyadh

naskah teater Monolog
BLACK JACK
Karya Benny Yohanes
SUARA DEMONSTRAN BERSAHUTAN:

’Kami tolak pengosongan makam!’ Walikota picik. Tak punya hormat. Picik! Makam tak bisa dibongkar!!’ ngerti kau Walikota?!’ ’Makam bukan tanah terlantar. Itu tempat ayah kami. Ibu kami. Sodara-sodara kami. Mereka punya hak tetap di sana!’ ’Kami tolak penggusuran makam’ ’ Kalian PKI. Walikota PKI!’ ’PKI! PKI! PKI! PKI!......’

TERDENGAR SERIAL LETUSAN SENJATA KE UDARA. SUARA TUBUH-TUBUH TIARAP DAN TERSUNGKUR. BLACK JACK MENYALAKAN LAMPU SOROT MENGARAHKAN KE MEJA. ASAP CERUTU DISEMBURKAN KE ATAS MEJA.

Monolog Topeng-Topeng (Rachman Sabur)

Sabtu, 27 Maret 2010 gusmel riyadh

Naskah teater MONOLOG
TOPENG-TOPENG
(RACHMAN SABUR)


DARI BAGIAN ATAS PANGGUNG ADA DUA BENTANGAN KAIN HITAM DAN KAIN PUTIH. MASING-MASING BERJARAK. DARI DUA BENTANGAN KAIN PUTIH DAN HITAM YANG VERTIKAL INI BISA DIJADIKAN SEBAGAI BATAS AREA PERMAINAN BAGI SANG PEMAIN. ATAU BISA JUGA DIJADIKAN SEBAGAI BATAS ALAM NYATA YANG DILATAR BELAKANGI BENTANGAN KAIN HITAM. DAN BATAS ALAM KHAYALI

Monolog “ Pralambang “ Winarno Hadi Saputro

Senin, 22 Maret 2010 gusmel riyadh

Naskah teater Monolog “ Pralambang “ Bahasa Jawa
(Adaptasi cerpen Ardini Pangastuti )
Oleh: Winarno Hadi Saputro

Swasana kang atis, Grimis wus samsoyo deres
tumetesing banyu tawang tan kaya ora bisa dibendung
Bumi ora luput ketiban udan
katon teles lemah kang garing
Semripit angin nambahi adheming sore kang pedhut
Mobat-mabit gegodhongan ning wit, prithil siji mboko siji
Mephes gegayuhan kang nate subur ngrembuyung
aggawe pupusing ati naliko katinggal kinasih

Koruptor Budiman

Kamis, 11 Maret 2010 gusmel riyadh

Naskah Monolog
KORUPTOR BUDIMAN


SEORANG koruptor kakap mendadak muncul di kantor peradilan. Ia menyerahkan diri minta ditangkap. Beberapa petugas jaga – yang sebagian lagi ngobrol sambil nonton telenovela di televisi, dan sebagian lagi asyik main domino – langsung tergeragap kaget.
‘’Tolong tangkap saya,’’ koruptor ternama itu kembali bicara sambil mengulurkan kedua tangannya seolah-olah minta diborgol. Para petugas jadi langsung gemeteran. Apa tidak salah? ‘’Saya ingin jadi koruptor yang baik dan benar,’’ kata koruptor itu, sambil memandangi para petugas yang terheran-heran - juga agak ketakutan.

Ibu Kita Raminten (monolog)

Rabu, 10 Maret 2010 gusmel riyadh

Naskah Teater Ibu kita Raminten.
Diangkat dari novel karya Muhamad Ali
Teks Pra- lakon: Ikun Sri Kuncoro

  1. Yang aku bayangkan adalah ruang pengadilan. Tapi ruang ini sekaligus juga harus hadir secara simbolik sebagai sebuah kungkungan, yang dengan itu berarti ia juga menindas, entah sebagai sebuah sistem (termasuk tata nilai, di sini) atau sesuatu hal yang lain yang muaranya pada konstruksi sosial.

MATINYA TUOEKANG KRITIK (monolog Agus Noor)

Minggu, 07 Maret 2010 gusmel riyadh

Naskah Teater Monolog
MATINYA TUOEKANG KRITIK
Karya Agus Noor

......Sunyi, hanya terdengar desah nafas waktu yang pelan…

DENMAS:

(Pelan-pelan terbangun, berteriak memanggil) Bambaaang.[11] Bammbanggg!!! (Jeda) Di mana anak itu… (Kembali berteriak, jengkel) Bambaaaannggg!!… Ya, ampun, Mbang… Baru jadi pembantu saja sudah susah kalau dibutuhkan. Gimana nanti kalau jadi presiden! (Kembali berteriak memanggil) Mbaaanggg….. Bambanggg!!!


Terus saja sunyi, hanya terdengar desah nafas waktu. Raden Mas Suhikayatno kemudian bersandar di kursi goyang. Terlihat begitu kesepian. Seperti mengeluh. Seperti mendesah…

DENMAS:

Ini kutukan… Ataukah kemuliaan….

Terdengar jam tua bertendang, kemudian ada ketukan-ketukan, seperti suara tik-tak jam berdetak.

DENMAS:

(Seakan hanyut oleh gema suara yang didengarnya, kemudian bertanya entah pada siapa) Kalian dengar suara itu?… Tua dan purba. Kalian bisa merasakan? Begitu lembut… bersijengkat lembut mendatangimu.

Suara tik-ak itu pelan konstan, seirama bicara Raden Mas Suhikayatno.

DENMAS:

Suara waktu! Berabab-abad aku mendengarnya… Terdengar di keretap hujan…, diantara kereta yang menderu… Dengung di sayap lebah… Desah di setiap pencintaa… (Menjadi melankolis dan merasa bahagia, seperti menghayati butiran-butiran waktu yang merembes ke dalam tubuhnya) Ya, itu suara waktu…

Tiba-tiba suara tik-tak itu berubah cepat – berdetak-detak dipukul-pukul jadi suara ketukan orang jualan siomay. Dan terdengar teriakan pedagang itu, “Maaayy…. Siomay…”

DENMAS:

(Jengkel, berteriak ke arah ‘pedagang siomay’ itu) Brengsek! (lalu ngomel sendiri) Saya kira suara waktu!… (Tergeragap, seperti tersadar, ingat sesuatu) Waduh… Jangan-jangan saya memang sudah ditinggalkan waktu. Terlambat! Ini ‘kan tanggal tujuh belas!

Raden Mas Suhikayatno cemas, gelisah…

DENMAS:

(Berteriak memannggil mencari-cari pembantunya) Bambaaangg… cepet ambilkan jas saya! Mereka pasti sudah menunggu saya….

Terdengar celetukan dari para pemusik; “Hai, Mas… Gelisah begitu kenapa?…”

DENMAS:

Saya mau ikut upacara tujuh belasan di Istana Negara…................


Naskah Teater Monolog
MATINYA TUOEKANG KRITIK
Karya Agus Noor

Download Naskah Ini

MAYAT TERHORMAT (Naskah Teater Monolog )

gusmel riyadh

MAYAT TERHORMAT
Naskah Teater Monolog
karya: Agus Noor dan Indra Tranggono

PROLOG:
Selamat malam,…bl a,bla,bla…..(improvisasi)
Sebelum pertunjukan ini dimulai, marilah ada baiknya kita membangun kesepakatan, yaitu hendaknya pertunjukan kita malam ini tidak diganggu bunyi tu-la-lit-tu-la-lit ponsel anda atau pager. Bunyi-bunyi ilegal untuk sementara diharamkan. Maka saya memberi kesempatan kepada anda untuk mengeksplorasi naluri-naluri purba anda: segeralah anda menjadi pembunuh. Bunuhlah pager dan handphone anda ! Ini jauh lebih baik katimbang anda membunuh orang, atau membacok, hanya karena perbedaan visi atau perbedaan pendapat. Kalau nanti ternyata masih tu-la-lit-tu-la-lit, nikmatilah risikonya dipisuhi penonton lain.
Baiklah saudara. Meskipun saya berdiri di sini dengan wajah coreng moreng kayak badut, sesungguhnya saya ini bukan badut. Karena terus terang saja, saya tidak ingin memperbanyak jumlah badut di negeri ini yang dari hari ke hari jumlahnya terus menggelembung. Kita sudah polusi badut, over kuota. Semua posisi sudah diisi oleh orang-orang yang lucu dan menggemaskan, sampai-sampai tukang monolog yang sok nglucu terancam kehilangan sandang pangannya.
Oke, sekarang saya ingin mengajak para penonton yang terhormat untuk sekejap menengok keberadaan mayat-mayat. Tapi saya harap anda jangan membayangkan suasana horor seperti yang sering terlihat dalam sinetron-sinetron misteri di televisi. Kalau horor di televisi itu, tidak menakutkan. Tapi justru malah menggelikan. Tidak membikin bulu kuduk berdiri, tapi malah membikin satu-satunya elemen dalam tubuh saya berdiri. Yah…itulah salah satu kelebihan bangsa kita: terlalu cerdas, sehingga apa pun yang dilakukan seringnya meleset dari sasaran. Mau bikin horor malah menggelikan. Mau mengusut perkara dan menuntaskan kecurangan-kecurangan, ee…hasil yang dicapai malah penundaan-penundaan dan pengampunan.
Nah sekarang, kita mulai saja pertunjukan ini dengan pantun pendek:
Kapal keruk talile kenceng, nyemplung laut dihadang gelombang
Nonton monolog obat puyeng, asal rileks dan dada lapang

BAGIAN PERTAMA
Sebuah sel panggung. Remang dan sayup. terdengar jeruji dipukul monoton. Lalu perlahan sepotong cahaya bagai lembing perak, menghujam tubuh SIWI yang lunglai kepayahan bersandar di jeruji sambil memukul-mukulkan piring seng. Sesekali mengerang, bahkan meraung…
SIWI terus memukul-mukul piring seng. Sampai kemudian muncul suara derap sepatu. Semula pelan, kemudian mengeras dan mengeras. SIWI tergeragap. mendadak piring seng itu berhenti bersuara. menolak dibunyikan. SIWI sekuat tenaga berusaha terus membunyikan piring itu ke jeruji sel. tetapi piring seng itu tertahan diam.
SIWI: (marah kepada piring seng)
Kenapa? Takut? Kamu ini aneh lho, cuma piring seng saja kok langsung gemeter begitu mendengar derap sepatu. Ayo terus bersuara. Bernyanyilah. Karena hanya kamulah satu-.............................


MAYAT TERHORMAT
Naskah Teater Monolog
karya: Agus Noor dan Indra Tranggono

Download Naskah Ini

DEMOKRASI (Monolog Putu Wijaya)

Jumat, 05 Maret 2010 gusmel riyadh

(DAPAT DIMAINKAN OLEH LELAKI MAUPUN PEREMPUAN)

SEORANG WARGA DESA TANG TANAHNYA KENA GUSUR MEMBAWA PELAKAT BERISI TULISAN DEMOKRASI.SETELAH MEMANDANG DAN PENONTON SIAP MENDENGAR ,IA BERBICARA LANGSUNG
Saya mencintai demokrasi. Tapi karena saya rakyat kecil, saya tidak kelihatan sebagai pejuang, apalagi pahlawan. Nama saya tak pernah masuk Koran. Potret saya tak jadi tontonan orang. Saya hanya berjuang dilingkungan RT gang Gugus Depan.