Tampilkan postingan dengan label Monolog. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Monolog. Tampilkan semua postingan

Lagu Pak Tua - monolog

Sabtu, 09 November 2013 gusmel riyadh


Naskah Monolog
“Lagu Pak Tua”
Ditulis oleh : Adhy Pratama

(dimulai dari instrument “lagu Pak Tua” dengan kunci dasar E”)
Setting :
Layar terbuka
Suasana agak temaram, kira-kira pukul 18.00. Seorang laki-laki, agak tua, sekitar 60 tahun, kerutan diwajah tampak tergurat, kulit sawo matang duduk disebuah kursi menghadap kedepan. Laki-laki tua duduk santai, kaki diselunjur kedepan, tangan kanan memegang sebotol vodka, tangan kiri mengayun-ayun. Kepala menyandar ke kursi, menghadap keatas, bertopi koboi. Disebelah kursi sekitar 1 meter ada sebuah meja persegi sedang dengan taplak yang kusam dengan sebuah lampu teplok dengan cahaya yang temaram. Selain lampu, ada sepiring nasi sudah basi, sepertinya sudah dua hari. Selain itu, sebuah buku tulis lusuh juga sebuah mini tape yang sudah usang.

MONOLOG SIDANG JEMBATAN

gusmel riyadh

monolog
SIDANG
JEMBATAN
Adhy Pratama


Setting : Musik bertaluan dari belakang layar, sementara layar masih tertutup. Dari tempat penonton hingga depan panggung terbentang sebuah jembatan menyentuh lantai, namun ada pegangan tangan dikiri dan kanan. Seorang lelaki, mencerminkan kemiskinan berjalan ditengah-tengah penonton meniti jembatan. Ruangan benar-benar gelap, cahaya hanya dibelakang layar. Lelaki ini membawa lampion terang kemerahan. Berjalan dengan pelan dan hati-hati, tempo berjalan lambat namun tempo berbicara sedang.
Lelaki (L) : Aku rindu, aku benar-benar merindukan (pause, berhenti, memandang sekeliling) saat suara rakyat adalah suara Tuhan, saat suara rakyat mengalun dengan lantang. (menghadap kekanan, lampion seperti menerangi bawah jembatan) rakyat adalah otak, bukan kelingking, yang seandainya ada amputasi, (pause) orang gila pun lebih memotong kelingking daripada mengorbankan otaknya. (melanjutkan berjalan dengan hati-hati, sesekali memegangi tali jembatan)

Monolog KERINDUAN TERHADAP CITA

Kamis, 20 Juni 2013 gusmel riyadh

Monolog

KERINDUAN TERHADAP CITA
Achmad dayari


SEORANG MASUK KEDALAM PANGGUNG DENGAN MENGGUNAKAN PAKAIAN ANAK SD, IA BERLARI-LARI DAN BERNYANYI SELAYAKNYA ANAK SD, NAMUN TIBA-TIBA IA TERDIAM DAN MENJADI MURUNG, TIDAK LAMA KEMUDIAN IA MENANGIS

Sebetulnya aku bukan anak SD, sebenarnya aku bukan anak kecil, sesungguhnya aku bukan anak-anak, tapi aku seorang wanita muda yang berusia 2 kali lipat dari seorang anak SD, aku seorang mahasiswa yang berkuliah di sebuah Universitas ternama di kota ku, tapi seringkali akau merasa aku bukan seorang civitas akademika, aku sering merasa aku ini seorang anak-anak, karna aku sering  rindu pada masa anak-anak, mungkin karna dulu akau tidak pernah memiliki masa anak-anak,

ANGGUR TERAKHIR MONOLOG Didik Wahyudi

Kamis, 06 Juni 2013 gusmel riyadh


ANGGUR TERAKHIR :
SEBUAH MONOLOG
Karya Didik Wahyudi
03177570816 / bungabianglala@gmail.com

LAMPU PANGGUNG MEREGANG: SEBUAH RUANGAN DI DALAM RUMAH. SEORANG PEREMPUAN ENTAH APA YANG DIKERJAKANNYA.

SEPI, SAMPAI PEREMPUAN ITU BICARA:

Luar negeri. Saya akan pergi ke luar negeri. Sebuah tempat dimana kehidupan saya akan bersambung. Menjadi sebuah jalan, yang entah menuju kemana. Tapi yang pasti saya akan mendapatkan pekerjaan yang lebih jelas. Tidak lagi terombang-ambing di antara kesepian dalam hati kecil saya dan para lelaki yang selalu memuja suara saya. Tubuh saya.

Malam Gelisah

Selasa, 31 Juli 2012 gusmel riyadh


NASKAH MONOLOG
“MALAM GELISAH”
By : ida khoirotin

Pemain duduk di tengah penonton, dan mengajak dialog, salah satu penonton, sedang panggung lampu biru menyorot ranjang kosong, dengan di iringi lagu jazz yang melankolis

Pemain : pemain menatap tajam mata salah satu penonton, dengan ekspresi penuh harapan.Sungguh ! hari ini, aku melihat cakrawala di wajahmu. Terdiam. Bagaimana bisa, angin begitu saja berhembus, tanpa tanda tanya atas resahku ini. Tertunduk, lalu pelan-pelan kembali mengangkat kepala dan kembali menatap mata penonton itu dengan lebih tajam. Benarkah? Oghh...lalu berlari dengan menari-nari.

Page 1 of 3:  12 3 Next Last