monolog
SIDANG
JEMBATAN
Adhy Pratama
Setting
: Musik bertaluan dari belakang layar, sementara layar masih tertutup. Dari
tempat penonton hingga depan panggung terbentang sebuah jembatan menyentuh lantai,
namun ada pegangan tangan dikiri dan kanan. Seorang lelaki, mencerminkan
kemiskinan berjalan ditengah-tengah penonton meniti jembatan. Ruangan
benar-benar gelap, cahaya hanya dibelakang layar. Lelaki ini membawa lampion
terang kemerahan. Berjalan dengan pelan dan hati-hati, tempo berjalan lambat
namun tempo berbicara sedang.
Lelaki
(L) : Aku rindu, aku benar-benar merindukan (pause, berhenti, memandang
sekeliling) saat suara rakyat adalah suara Tuhan, saat suara rakyat mengalun
dengan lantang. (menghadap kekanan, lampion seperti menerangi bawah jembatan)
rakyat adalah otak, bukan kelingking, yang seandainya ada amputasi, (pause)
orang gila pun lebih memotong kelingking daripada mengorbankan otaknya. (melanjutkan
berjalan dengan hati-hati, sesekali memegangi tali jembatan)
L
: Melihat jembatan ini, menitinya dengan hati-hati, teringat pada Almarhum Pak
Jumadi. Dia kepala desa kami yang telah meninggal 3 tahun yang lalu,(pause)
kepala desa terbaik sedunia, kepala desa terbaik di akhirat. Saat itulah, pemimpin
benar-benar menjadi wakil rakyat, mewakili suara rakyat, dia juaranya. (pause)
aku teringat ketika dia dilantik, 40 tahun yang lalu, ia berkata (menirukan
suara dan gesture Jumadi) aku punya dua buah toko didesa ini, aku juga punya
lahan kelapa sawit yang luas, untuk itu, seluruh gajiku serta tunjangannya
sebagai kepala desa, aku hibahkan ke kas desa, agar desa kita semakin maju dan
jaya, melebihi desa-desa lain yang ada disekitar (pause) aku bersorak (pause)
tidak hanya aku, tapi seluruh warga desa bersorak. Semenjak saat itu, Jumadi
dipastikan menjadi kepala desa seumur hidupnya. Ketika dia meninggal (pause,
terlihat sedih) langit ikut mendung, seluruh warga muram bahkan anak kecil yang
belum mengerti apa-apa, ikut terisak. Kami kehilangan, kami kehilangan ksatria,
kami kehilangan (pause) raja kecil yang arif bijaksana (melanjutkan berjalan)
L : Setahun sebelum dia meninggal, jembatan ini
putus. Dalam kondisi tubuh yang lemah dan sakit-sakitan, ia pimpin rapat.
Seperti sidang DPR yang terhormat, kami dianggapnya anggota klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
apabila Anda mengalami kesulitan dalam mendownload naskah drama ini, silakan hubungi admin via email: melonmanalagi@gmail.com