Selasa, 25 Januari 2011

Orang Malam

ORANG MALAM
Karya : Soni Farid Maulana


CAHAYA LAMPU REMANG, KETIKA MALAM TIBA DAN HUJAN BARU SAJA REDA. PADA SEBUAH TAMAN BERDIRI LELAKI SETENGAH BAYA DEKAT SEBUAH KAYU YANG HIJAU OLEH LELUMUTAN. SESEKALI TERDENGAR DESAU ANGIN YANG AMAT KENCANG. DAN SESEKALI MEMBETULAKAN MANTEL YANG DIPAKAINYA, SEAKAN-AKAN MENGUSIR HAWA DINGIN.


KIMUNG :
750 tahun aku menanti disini. Malam selalu bersambung malam, dingin dan sepi bagai sebutir batu di dasar kali.

HENING. SUARA ANGIN DAN DEDAUNAN YANG GUGUR KEMBALI MENGUSIK PENDENGARAN. SESEKALI MENGALIHKAN PANDANGANYA KE ARAH YANG GELAP, SEAKAN-AKAN IA SEDANG MENANTI SESEORANG YANG KELAK DATANG PADANYA MALAM ITU.



KIMUNG :
Suara itu, suara itu ….. ( SEPERTI LANGKAH KAKI YANG MENGINJAK DEDAUNAN YANG BERGUGURAN ).

Jika kau yang datang aku sambut kau dengan mautku cempaka.

Kekasih, mengapa jarak dan bahasa memisahkan kita?!Mengapa malam selalu berselimut kabut duka cita?! Mengapa tajam pisau selalu menghanus ke dada, setelah dendam dan amarah menyemak bagai pikiran gelap?!

HENING. SESEKALI TERDENGAR LANGKAH KAKI YANG MENDEKAT. DARI ARAH YANG GELAP DATANG SEORANG PEREMPUAN YANG JUGA SETENGAH BAYA BERAMBUT PANJANG. SEPARUH WAJAHNYA TERKENA CAHAYA LAMPU YANG ADA DI TAMAN ITU. IA TIDAK MENYADARI BAWA SEGALA SESUATU YANG TENGAH IA LAKUKAN TERNYATA DIPERHATIKAN OLEH SEORANG PEREMPUAN, YANG JUGA SETENGAH BAYA HENDAK DATANG KE TAMAN ITU.



KIMUNG :
O, malam yang mengental oleh luka. Kini aku ingat semua kejadian itu. Pada suatu tempat yang kulupa, aku bertemu dengan dirinya.
Saat itu, sehabis kerusuhan, pada sebuah jalan yang sarat dengan pecahan kaca aku melihat pelipisnya berdarah, dihajar sebutir batu. Sejak itu, pertemuan demi pertemuan beranak-pinak.

Tapi perpisahan mengapa harus terjadi?! O malam yang dingin bagai uap es yang mengepul dalam kulkas, O bintang jatuh yang berkilauan dilangit jauh, nyala api yang menghanguskan perkampungan kumuh, O kau yang timbul tenggelam dalam ingatan, mengapa hidup harus berlembah dan berjurang kata-kata?!




DIRAH :
Tidakkah kau bosan berkata demikian?! Betapa sering aku mendengar kau berkata-kata seperti itu. Seakan-akan tidak ada lagi yang pantas kau kerjakan. Alangkah cengengnyaengkau seperti orang yang baru putus cinta.

KIMUNG :
Kau siapa?! Rasanya baru pertama kali aku didatangi oleh seorang wanita. Biasanya pada malam-malam seperti ini hanya bangku-bangku taman yang bisu menemaniku dengan seluruh kesepian dan kesunyian alam raya.

DIRAH :
Aku bukan siapa-siapa.Boleh jadi aku pikiran buruk yang datang dari dasar kegelapan. Boleh jadi pula, aku bukan siapa-siapa bagimu.

KIMUNG :
Apa urusanmu datang kemari?! Apakah disini, ditempat ini, ada sesuatu yang menarik perhatianmu?!

DIRAH :
Aku datang ke sini untuk melepas lelah. Sungguh tak ada sesuatu apa pun yang menarik ditempat ini, termasuk dirimu.

KIMUNG :
Memang aku tertarik padamu?! O, jangan mimpi. Ah, ah, ah. Aku tahu kini, kau pasri wanita kesepian, bukan?! Sudahlah, siapa pun kau, ada baiknya kau mendekat ke mari. Kau tidak akan marah bukan, jika aku bertanya padamu, apa yang menyebabkan engkau malam-malam sepeti ini datang ketempat ini sendirian?! Apakah suamimu tidak akan mencarimu?! Aku tahu jawabannya, kau pasti melarikan diri karena suamimu kawin lagi dengan orang lain?!

DIRAH :
Buruk betul prasangkamu itu. Punya suami atau tidak, itu bukan urusanmu. Ini taman punyaku. Sering pada malam-malam seperti ini, aku duduk dibangku yang ini.

Disini, ditempat yang kau duduki ini, aku teringat masa laluku, akan api yang menghanguskan perkampungan kumuh.

Kau tahu, gedung-gedung megah itu berdiri diatas kuburan?! Dalam danau buatan yang indah itu, bila aku menyelam ke dasarnya segera kau dapatkan bangkai ribuan rumah kumuh seluas 4 desa.

Aku kesini bukan karena cengeng oleh masa lalu yang muram. Aku ke sini teringat oleh sebuah peristiwa kelam yang tidak bisa aku hapuskan begitu saja dari dasar ingatanku.

KIMUNG :
Peristiwa kelam?! Tak ku sangaka seberat itu berton-ton nasib hitam menimpa pundakmu. Aku sering datang ke taman ini, tak pernah sekali pun aku bertemu denganmu. Apa engkau sedang tidak bersandiwara?! Jangan-jangan kau intel yang gagal?!





klik di sini untuk download naskah teater
  Download Naskah Ini